Beberapa hari yang lalu, gw diajak bicara cukup serius tapi santai oleh sang ayah. Bicara mengenai hal-hal yang perlu gw ketahui lebih lanjut -yang gw ingat dulu pernah ia janjikan sewaktu gw belum cukup umur untuk diceritakannya- tentang kehidupan, tentang ilmu yang hanya didapat dari pengalaman hidupnya yang sudah lebih dari setengah abad, ilmu yang tidak dibeberkan dengan rumus di papan tulis seperti yang dilakukan sekolah, ilmu yang paling berharga untuk bertahan hidup dan mempertahankan keyakinan.
Dimulai dengan perumpamaannya mengenai kelinci dan singa, bukan kali ini saja beliau mengutarakan hal tersebut pada gw, sudah beberapa kali tapi ini mungkin yang paling bisa gw serap lebih dalam poin-poinnya. Setiap ceritanya mengenai hal ini, Papa selalu memberi kebebasan memilih untuk anak-anaknya apakah kami ingin menjadi 'anak kelinci' atau 'anak singa'.. Beliau memang mau kami jadi anak singa yang bisa bertahan hidup apapun rintangannya, tapi beliau tidak memarahi kami bila kami memilih untuk jadi anak kelinci yang harus siap dimangsa suatu saat nanti, dengan cara itu beliau cukup berhasil setidaknya membuat gw berpikir ribuan kali untuk memilih jadi anak kelinci, beliau tidak memaksa kami tapi beliau menuntun kami perlahan menuju apa yang beliau harapkan. Membuat gw secepatnya ingin menunjukkan kepada beliau bahwa gw adalah anak singa yang bisa bertahan hidup diluar lingkungannya., ya walaupun faktanya gw memang masih si gadis kecil, si remaja labil yang segera keluar dari comfort zone nya, minimal mari buktikan gw tidak akan merengek-rengek minta uang tambahan ketika gw berada di luar sana untuk beberapa lama.
Dilanjutkan dengan cerita dirinya yang selalu membanting tulang, memeras keringat demi keluarganya, bukan tanpa tujuan, bukan mencari kepuasan belaka. Beliau menunjukkan betapa tidak mudahnya menjadi seorang dewasa, menjadi orang yang punya banyak tanggung jawab, menjadi kepala keluarga -orang nomor 1 dalam cakupan rumah kami- (parah, denger ceritanya gw ciut rasanya, tolong kembalikan gw jadi anak TK lagi, gw tidak ingin cepat-cepat jadi dewasa tapi waktu tidak pernah dengan baik hati mendengar apa yang kita minta ,bukan? ). Ya, beliau cerita ada masa-masa dimana beliau kesulitan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan yang beliau lakukan adalah meminta pada Tuhannya, tidak cukup kalau hanya sekali, jadi beliau meminta berkali-kali. dan beliau jelaskan pada gadis kecilnya ini bahwa Tuhan senang dipuja dan dipuji, bahwa ya kamu boleh meminta apapun pada Tuhan, ya Tuhan benar-benar mendengarmu, ya kamu tidak boleh sombong karena cuma Tuhan yang boleh sombong dan ya Tuhan punya takdir untuk kita semua.
Setelah menginterupsi ceritanya dengan cerita betapa besarnya kuasa Tuhan, beliau melanjutkan ceritanya, memberi tau gw bunyi do'a yang ia panjatkan dimasa-masa sulit itu, bunyinya begini dari yang bisa gw ingat "Ya Tuhan, Ya Rabbi, beri hambamu ini sedikit rizki-Mu, rizki untuk menjemput takdir yang telah engkau gariskan pada anak-anakku, ...." dan ada beberapa kalimat lagi, tapi ini kalimat yang cukup menggetarkan gw, membuat gw terngiang-ngiang akan hal ini. Menjemput takdir menurut gw adalah frase paling gila yang pernah gw dengar sepanjang hidup gw sampai saat ini, pilihan kata itu memotivasi banget buat gw, mungkin orang lain yang denger bakal nganggep biasa-biasa aja, tapi menurut gw, itu cukup untuk menggetarkan hati. setidaknya gw terketuk untuk sadar bahwa gw tidak sendirian disini di jalan hidup gw ini, papa adalah salah satu orang yang membantu gw yang mendekatkan gw pada takdir gw, dan banyak lagi orang-orang dalam hidup gw yang juga ikut membantu, ya kalian manusia memang sudah ditakdirkan untuk saling membantu.
Karena bicara tentang takdir, tahun ini adalah tahun dimana takdir benar-benar ditunjukkan keberadaannya pada kami -anak kelas 3 SMA yang mencari kuliah- , dimana yang pintar yang rajin yang tidak cukup pintar dan yang tidak cukup rajin disamakan derajatnya dan disesuaikan takdirnya seperti yang telah digariskan. Tidak pantas rasanya gw mengelompokkan mereka antara yang usahanya sedikit tapi mendapatkan yang mereka inginkan, yang sudah usaha tapi belum dapat, yang masih bertahan dengan tujuan awal mereka. Gw rasa, tidak ada yang berhak memberi label pada mereka, biarlah jalan hidup mereka ditangan mereka masing-masing. perumpamaan paling bagus ya cuma, hidup ini layaknya sebuah buku, kita para makhluk ciptaan ini adalah pena yang akan mengisi buku itu dengan pengalaman dan segala yang terjadi dalam kehidupan, dan Tuhan yang memberikan garis lurus di tepinya, dan setiap buku punya garis tepi yang berbeda-beda sesuai dengan takdirnya.
Ditutup dengan cerita betapa ia percaya akan adanya reinkarnasi, jujur aja gw ngerasa agak berat kalo udah ngomongin reinkarnasi, out of logic deh kalo tentang itu. Tapi papa dengan lancarnya menceritakan bagaimana ia mengartikan reinkarnasi, gw mendengarkan dengan seksama walau tidak menyerap seluruh informasinya dengan baik. Yang gw dapat mengerti dengan baik cuma bagian beliau menunjukkan banyaknya bayi cacat yang lahir, maaf dan tanpa mengurangi segala hormat papa rasa mereka yang terlahir cacat adalah bagian dari reinkarnasi dari mereka yang berperilaku buruk di kehidupan sebelumnya, jadi intinya dunia memang bagaikan ladang, mereka yang menanam kebaikan akan memetik hasilnya, begitu juga mereka yang menanam keburukan akan menanggung akibatnya., setelah gw pikir-pikir ya ada kemungkinan reinkarnasi itu benar adanya, mereka yang terlahir cacat seperti yang sering gw lihat di TV yang dikabarkan karena sang bayi tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup dari si Ibu, mereka memang tidak lahir begitu saja tanpa ada yang menghendaki, mereka memang tidak pernah meminta untuk dilahirkan cacat, mereka hanya menerima karma, menerima apa yang sudah digariskan oleh Tuhan, dan alam semesta tau mengenai hal itu.
Atas semua yang telah diberikan oleh papa sebagai tangan Tuhan dalam menyampaikannya, atas ilmunya yang tidak gw dapatkan di bangku sekolahan, gw sangat berterima kasih karena sudah dibukakan mata hati untuk lebih bersyukur pada Tuhan karena diberi kehidupan seperti ini :)
1 comment:
menjemput takdir. wow. just wow.
Post a Comment